1. Kerangka Teoritis
a. Analisis Usahatani
Macam atau jenis analisis usahatani beragam, macam analisis yang dipilih tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Pada prakteknya, seringkali analisis usahatani dipilah menjadi analisis parsial dan analisis keseluruhan usahatani. Analisis parsial dilakukan pada satu cabang usahatani, sedangkan analisis keseluruhan usahatani dilakukan pada semua cabang usahatani (Soekartawi, 2002).
b. Analisis Return Cost Ratio
Return cost ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Suatu usahatani dikatakan untung apabila return cost ratio lebih besar dari satu. Sebaliknya, apabila return cost ratio kurang dari satu maka usahatani rugi. Namun, bila return cost ratio sama dengan satu, maka usahatani tidak untung maupun tidak rugi (Soekartawi, 2002).
c. Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan terdiri dari pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi (Rahim dan Hastuti, 2007). Penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya non tunai Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan secara tunai. Sedangkan biaya yang diperhitungkan merupakan biaya yang tidak termasuk ke dalam biaya tunai tetapi diperhitungkan dalam usahatani (Hernanto, 1991). Dalam analisis ekonomi seluruh biaya usahatani selalu lebih besar dari penerimaannya, sedangkan dalaman alisis finansial seluruh biaya usahatani selalu lebih kecil daripada penerimaannya. Oleh karena itu, setiap kali melakukan analisis perlu disebutkan analisis apa yang digunakan (Soekartawi, 2002).
2. Kerangka Pemikiran Penelitian
Pertanian anorganik yang sampai saat ini masih banyak digunakan oleh petani padi. Pertanian anorganik tersebut dapat menyebabkan permasalahan dimasa yang akan datang. Hal tersebut diakibatkan oleh penggunaan bahan-bahan kimia sebagai input produksi yang menyebabkan pencemaran lingkungan, penurunan produktivitas di masa yang akan datang, serta dapat mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, peningkatan harga input-input produksi kimia yang digunakan membuat biaya produksi semakin tinggi sehingga petani organik semakin terpuruk. Pertanian organik yang dikatakan sebagai solusi dari pertanian anorganik karena menggunakan input produksi ramah lingkungan dan biaya produksi yang lebih minim, sampai saat ini masih diragukan oleh sebagian petani. Hal tersebut dikarenakan hasil produksi dari pertanian organik dalam jangka pendek masih lebih rendah dibandingkan hasil produksi pertanian anorganik, ketersediaan pupuk organik yang masih terbatas, serta adanya persaingan dengan kepentingan lain dalam memperoleh input produksi.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada pertanian organik maupun anorganik, maka perlu dilakukan analisis perbandingan efisiensi usahatani dari sisi biaya produksi dan pendapatan dan pendapatan usahatani padi organik dan anorganik sehingga didapatkan saran kebijakan untuk kedua usahatani tersebut. Operasional dari penelitian ini, yaitu dengan cara membandingkan efisiensi usahatani dari rasio R/C, dan pendapatan dari usahatani padi organik dan anorganik. Selanjutnya menganalisis persamaan biaya produksi dan pendapatan usahatani padi organik dan anorganik. Analisis persamaan biaya produksi dan pendapatan dilakukan agar diketahui hubungan antara faktor-faktor biaya dan pendapatan dengan biaya dan pendapatan usahatani padi organik maupun anorganik menggunakan analisis regresi. Selain komponen biaya dan pendapatan yang dibandingkan pada penelitian ini juga akan membandingkan komponen penerimaan dengan komponen biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan perbandingan tersebut diharapkan dapat diperoleh informasi yang menjelaskan perbedaan nilai R/C rasio biaya, dan pendapatan yang diperoleh usahatani padi organik dengan usahatani padi anorganik.
No comments:
Post a Comment